Rumi, menurut Profesor Zaki Saritoprak, pakar dan pemerhati
pemikiran Jalaluddin Rumi dari Monash University, Australia,berpandangan bahwa
kondisi dasar semua yang ada di dunia ini adalah berputar. Tidak ada satu benda
dan makhluk yang tidak berputar. “Keadaan ini dikarenakan perputaran elektron,
proton, dan neutron dalam atom yang merupakan partikel terkecil penyusun semua
benda atau makhluk, jelasnya.
Dalam pemikiran Rumi, lanjut Saritoprak, perputaran partikel
tersebut sama halnya dengan perputaran jalan hidup manusia dan perputaran bumi.
“Manusia mengalami perputaran, dari tidak ada, ada, kemudian kembali ke tiada,”
ujar Saritoprak.
Manusia yang memiliki akal dan kecerdasan membuatnya berbeda dan
lebih utama dari ciptaan Allah yang lain. Tarian Sema yang didominasi gerakan
berputar-putar, kata Saritoprak, mengajak akal untuk menyatu dengan perputaran
keseluruhan ciptaan
Prosesi Sema menggambarkan perjalanan spiritual manusia dengan
menggunakan akal dan cinta dalam menggapai ‘kesempurnaan',jelas Saritoprak. Itu
sebabnya, gerak berputar menjadi ciri Tari Sufi yang dikembangkan Rumi.
Untuk turut melestarikan dan menyebarkan pemikiran Rumi, baru-baru
ini Lembaga Pendidikan Pribadi Depok (Jawa Barat) yang merupakan sekolah kerja
sama antara Indonesia dan pemerintah Turki, menggelar pementasan Tari Sufi
(Sema) Rumi di Auditorium Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta.
Acara yang terselenggara atas kerja sama dengan Pasiad Indonesia
dan sekolah Kharisma Bangsa ini menghadirkan para penari sufi (darwis) asli
dari Turki. Menurut Humas Sekolah Pribadi, Bibit Wiyana, kegiatan tersebut
merupakan bagian dari peringatan delapan abad filosof Islam asal Turki, Maulana
Jalaluddin Rumi, sebagai orang yang memperkenalkan tarian Sema. Selain itu,
kita juga ingin memperkenalkan kebudayaan Turki di kalangan masyarakat
Indonesia, ujar Bibit di sela acara pementasan Tari Sufi.
Dia melanjutkan, kebudayaan Turki memiliki sejumlah kesamaan
dengan kebudayaan Indonesia, terutama dalam aspek nilai-nilai kedamaian yang
universal serta mistisisme Islam.
Rektor UIN Komaruddin Hidayat yang berbicara dalam acara itu
bersama Saritoprak menambahkan, hal yang lebih penting dari simbolisasi Tari
Sema adalah nilai-nilai cinta dan kedamaian yang diajarkan Rumi melalui
tariannya. “Kesempurnaan manusia dalam pemikiran Rumi bisa digapai dengan
meraih kebenaran yang didukung dengan menumbuhkan cinta dan mengesampingkan ego
dalam perjalanan spiritual seseorang,jelasnya.
Manusia yang telah mencapai kematangan tersebut, lanjut
Komaruddin, siap untuk melayani seluruh ciptaan, seluruh makhluk, tanpa
membedakan kepercayaan, ras, derajat, dan asal bangsa. Pesan cinta dan
kedamaian inilah yang sesungguhnya ingin disebarkan Rumi melalui simbolisasi
Tarian Semanya, imbuh Komaruddin
Menurut dia, wajah cinta dan kedamaian yang diajarkan Rumi
sebenarnya merupakan perwujudan nyata atas nilai-nilai Islam yang diajarkan
Rasulullah SAW. Jadi tidak benar kalau ada yang beranggapan kalau wajah Islam
adalah wajah teroris yang penuh dengan kekerasan. Islam itu sangat dekat dengan
kedamaian dan cinta, seperti yang ditunjukkan Rumi melalui Tarian Semanya, ujar
Komaruddin./ade ( ade ).
http://www.republika.co.id/
0 komentar:
Posting Komentar