Dalam
paradigma seni sastra dan Islam, konsep baku seni sastra dalam
perspektif Islam belum disepakati secara menyeluruh. Belum matangnya
paradigma sastra dalam perspektif Islam disebabkan karena adanya
perdebatan dan kontroversi yang tidak pernah tuntas tentang seni sastra
dalam perspektif Islam. Di satu sisi sebagian besar orang muslim
mengatakan bahwa Islam sama sekali tidak bertentangan, apalagi melarang
seni sastra. Bahkan Menurut
Sayyed Hosen Nasr (1993: 99) Sastra menjadi kajian penting untuk
memahami hubungan antara seni dan spiritualitas Islam. Karena ajaran
Islam berdasarkan pada firman Tuhan yang diwahyukan sebagai kitab suci,
maka sastra menempati posisi yang utama dan istimewa di antara berbagai
bentuk seni yang ada di hampir seluruh masyarakat Islam.
KARAKTERISTIK SASTRA ISLAM
Sastra dalam Islam (Arab) disebut dengan adab. Dalam keseharian, kita
bisa mengaitkannya dengan kesopanan, kesantunan, atau dengan istilah
kelembutan kata. Sudah tentu untuk menilai sikap dan tingkah laku
seseorang kita melihatnya dengan adab. Baik dengan melihat kesopanannya,
kesantunannya, atau dengan kelembutan tutur katanya saat bicara. Namun
defenisi adab di dalam sastra jauh lebih besar daripada itu.
Menurut Shauqi Dhaif, adab (sastra) adalah karya yang dapat membentuk ke arah kesempurnaan kemanusiaan, yang di dalamnya terkandung ciri estetika dan kebenaran. Dalam Islam, sastra haruslah mendorong hasrat masyarakat untuk menjadi pembaca yang baik. Masyarakatlah yang menjadi target utama pemahaman kesusastraan. Jadi sastra Islam lebih mengarah pada pembentukan jiwa.
Definisi seni dan sastra Islam menurut Said Hawa dalam bukunya Al Islam, adalah seni/sastra yang berlandaskan kepada akhlak Islam. Senada dengan Said Hawa, menurut Ismail Raja Al Faruqi, seni Islam adalah seni infiniti (seni ketakterhinggaan), di mana semua bentuk kesenian diakomodir pada keyakinan akan Allah. Ia juga menyatakan bahwa ekspresi dan ajaran Alquran merupakan bahan materi terpenting bagi ikonografi seni/sastra Islam. Dengan demikian seni Islam dapat dikatakan sebagai seni Qurani atau seni Rabbani.
Menurut Shauqi Dhaif, adab (sastra) adalah karya yang dapat membentuk ke arah kesempurnaan kemanusiaan, yang di dalamnya terkandung ciri estetika dan kebenaran. Dalam Islam, sastra haruslah mendorong hasrat masyarakat untuk menjadi pembaca yang baik. Masyarakatlah yang menjadi target utama pemahaman kesusastraan. Jadi sastra Islam lebih mengarah pada pembentukan jiwa.
Definisi seni dan sastra Islam menurut Said Hawa dalam bukunya Al Islam, adalah seni/sastra yang berlandaskan kepada akhlak Islam. Senada dengan Said Hawa, menurut Ismail Raja Al Faruqi, seni Islam adalah seni infiniti (seni ketakterhinggaan), di mana semua bentuk kesenian diakomodir pada keyakinan akan Allah. Ia juga menyatakan bahwa ekspresi dan ajaran Alquran merupakan bahan materi terpenting bagi ikonografi seni/sastra Islam. Dengan demikian seni Islam dapat dikatakan sebagai seni Qurani atau seni Rabbani.
0 Seni Rupa
SENI RUPA DALAM PERADABAN ISLAM
Seni rupa Islam adalah seni rupa yang berkembang pada masa lahir hingga akhir masa keemasan Islam. Rentang ini bisa didefinisikan meliputi Jazirah Arab, Afrika Utara, Timur Tengah, dan Eropa sejak mulai munculnya Islam pada 571 M hingga mulai mundurnya kekuasaan Turki Ottoman. Walaupun sebenarnya Islam dan keseniannya tersebar jauh lebih luas daripada itu dan tetap bertahan hingga sekarang.